Kota Samarinda
Kota Samarinda di Pulau Kalimantan
Lokasi Kota Samarinda di Pulau Kalimantan
Kota Samarinda berlokasi di IndonesiaKota SamarindaKota Samarinda
Lokasi Kota Samarinda di Pulau Kalimantan
Koordinat: 0°30′7.58″N 117°9′13.34″E
Negara Indonesia
Hari jadi 21 Januari 1668
Dasar hukum UU RI No. 27 Tahun 1959
Pemerintahan
• Wali Kota Syaharie Jaang
Luas
• Total 718 km2 (277 sq mi)
Penduduk (2015)
• Total 812.597 jiwa
Demografi
• Suku bangsa Kutai, Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Toraja, Sunda, Minang, Tionghoa Buton [1]
• Agama Islam 87.32%
Kristen Protestan 8.65%
Katolik 2.54%
Buddha 1.09%
Konghucu 0.21%
Hindu 0.13%
Kaharingan 0.06%[2]
• Bahasa Indonesia, Banjar, Kutai[3]
Zona waktu WITA (UTC +8)
Kode telepon +62 541
Kecamatan 10
Desa/kelurahan 59
Bandar udara Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto
Pelabuhan Yos Soedarso dan TPK Palaran
Fauna resmi Pesut Mahakam
Situs web http://www.samarindakota.go.id/
Kota Samarinda merupakan ibu kota provinsi Kalimantan Timur, Indonesia serta kota terbesar di seluruh Pulau Kalimantan dengan jumlah penduduk 812,597 jiwa.[4] Samarinda memiliki wilayah seluas 718 km² dengan kondisi geografi daerah berbukit dengan ketinggian bervariasi dari 10 sampai 200 meter dari permukaan laut.[5] Kota Samarinda dibelah oleh Sungai Mahakam dan menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur melalui jalur sungai, darat maupun udara.
Daftar isi
1 Sejarah
2 Geografi
2.1 Batas Wilayah
2.2 Iklim
3 Sungai Sungai
4 Daftar Sungai Alam dalam Wilayah Kota Samarinda
5 Pemerintahan
5.1 Daftar Wali Kota
5.2 Dewan Perwakilan
5.3 Kecamatan
5.4 Pemilihan Umum Kepala Daerah
5.4.1 Pilkada Samarinda
5.5 Lambang Daerah
5.6 Militer
6 Pendidikan
7 Kesehatan
8 Pelayanan Umum
8.1 Air Bersih
9 Pariwisata
9.1 Wisata alam
9.2 Wisata budaya
9.3 Wisata religi
10 Pusat Perbelanjaan
10.1 Plaza dan Mal
10.2 Pertokoan
10.3 Pasar
11 Transportasi
11.1 Air
11.2 Darat
11.2.1 Bus
11.2.2 Jalan Tol
11.3 Udara
12 Media Massa & Komunikasi
12.1 Televisi
12.2 Surat Kabar
13 Olahraga
14 Lihat pula
15 Referensi
16 Pranala luar
Sejarah
Artikel utama: Sejarah Kota Samarinda
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu Pulau Atas, Karangasan (Karang Asam), Karamumus (Karang Mumus), Luah Bakung (Loa Bakung), Sembuyutan (Sambutan) dan Mangkupelas (Mangkupalas). Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat Salasilah Raja Kutai Kartanegara yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M).[6]
Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau dari Kerajaan Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas Kerajaan Banjar juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.”[7] Inilah yang melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang datang, seperti Bugis dan Jawa.[8][9]
Pada tahun 1730, rombongan Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona merantau ke Samarinda. Semula mereka diizinkan Raja Kutai bermukim di muara Karang Mumus, tetapi dengan pertimbangan subjektif bahwa kondisi alamnya kurang baik, mereka memilih lokasi di Samarinda Seberang.[10] Dalam kaitan ini, lokasi di bagian Samarinda Kota sebelum kedatangan Bugis Wajo, sudah terbentuk permukiman penduduk dengan sebagian areal perladangan dan persawahan yang pada umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan Karang Asam.[11]
Mengenai nama La Mohang Daeng Mangkona yang diklaim sebagai pendiri Samarinda Seberang, hal ini kontroversi. Namanya tidak ditemukan dalam sumber arsip dan literatur kolonial. Namanya juga tidak tercatat dalam surat perjanjian antara Bugis dan Raja Kutai. Yang tercatat dalam perjanjian beraksara Arab-Melayu dan penelitian S.W. Tromp (1881) sebagai pemimpin Bugis adalah Anakhoda Latuji.[12]
Mengenai asal mula nama Samarinda, tradisi lisan penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula.
Oemar Dachlan mengungkapkan, asal kata “sama randah” dari bahasa Banjar karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun. Ini disebabkan jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama-randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan nama tersebut berkembang menjadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.[13]
Geografi
Batas Wilayah
Dengan luas wilayah 718 km², Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°21'81"–1°09'16" LS dan 116°15'16"–117°24'16" BT. Kota Samarinda memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara Kecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara
Timur Kecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Selatan Kecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara
Barat Kecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Iklim
0 Response to "Kota Samarinda"
Posting Komentar